Damai (Tanahairku Dan Dunia)
Usman Awang
Sisa hidup ini hendak kita pelihara
juga tanah, pohon dan buah-buah
juga tulang, daging dan darah
jangan suara jadi parau di musim kemarau.
Tapi tanah kami sudah kerecikan api
lama bermula, tidak hilang sampai kini
dan meski tawaran damai sudah diberi
orang masih tidak peduli!
Pohon getah dan tanah mengandung bijih
rebutan manusia daerah asing
kita gali kubur dan masuk berdiam di dalamnya!
Damai - seruan dan tawaran
damai - untuk tanahairku dan kemerdekaan
damai - untuk dunia dan kesejahteraan!
Pertama Dan Terakhir
A. Samad Said
Jauh kita berjalan
mendukung semua kepercayaan
pertama dan terakhir
sekarang kita sampai
ke puncak tiada tercapai
keazaman pantang cair
Kita bersua hati
mengisi setiap janji
pertama dan terakhir
tiada hari kiranya
hingga bernanah dada
sumpah tiada termungkir
Gemuruh kita bersorak
bumi dan langit retak
pertama dan terakhir
berani kita bergerak
darah dan daging serentak
hingga ke saat akhir
padu kita berhasrat
hingga bumi kiamat
pertama dan terakhir
kuat jantung berdetak
untuk berpaling tidak
biar di gelegak air
Rela kita mengangkat
cita bangsa berdaulat
ke puncak murni berukir!
KETAATAN DALAM KEMERDEKAAN
Berjanjilah kami demi keberanian
melalui suara-suara hijaz
putaran kemerdekaan
menyusur sungai-sungai mati
kepada insan seikat masyarakat
yang telah bebas.
Dalam sejarah kepahitanmu
terselit larian aku anak kecil
dibentuk dalam kelas-kelas rendah
hingga ke kamar dewasa
jiwa ini digantung loceng mongel
lalu direntap-rentap
terbawa-bawa.
Titisan darah ibuku
pada papan cendana pejal
masih melekat di situ
di perigi yang telah terkambus
hanyir masih terbau
tembuni dalam diam berubah fosil
atas tanah yang merdeka.
Seperti selalu
berlarilah kami dengan sebuah bendera kecil
menyamai pemberian hadiah bapamu
kami menyebut MERDEKA!!!
MERDEKA!!! MERDEKA!!!!